KELAKUAN Teguh Mujiono, 50, benar-benar seperti lebah. Lihat “kembang” yang harum mewangi, langsung main “sengat” saja. Walhasil kembang atas nama Sarweni, 16, itu pun hamil 6 bulan. Padahal ABG itu adalah anak tiri sendiri. Tapi Teguh Mujiono pun beralasan, “Lima belas tahun saya sengat ibunya, tak pernah bengkak.”
Lebah yang dalam bahasa Arabnya “anahl”, sering dikutip para ustadz atas perilaku bersihnya dalam keseharian. Dia hanya mengunjungi bunga-bunga harum mewangi di taman, lalu menghisap madunya. Madu itupun kemudian dimanfaatkan umat manusia sebagai makanan menyehatkan. Dimakan bersama urap ketan juga enak. Bahkan kata para praktisinya, minum madu bersama telur juga bisa memperpanjang permainan. Entah main apa itu, main gundu ngkali!
Nah, Teguh Mujiono dari Sukun, Kota Malang, boleh dikata kelakuannya seperti lebah. Tapi bukan dalam arti positif, melainkan negatif. Soalnya dia suka menyengat obyek yang bukan semestinya. Bayangkan, hanya gara-gara melihat anak tirinya tidur dalam posisi seronok, ukuran celananya pun langsung berubah. Gadis ABG itupun digaulinya tanpa ampun.
Teguh Mujiono menikah dengan Ny. Watini, 44, sejak 15 tahun lalu. Saat itu si “randa kempling” membawa anak bawaan yang masih balita usia 1 tahun. Sayangnya menikah sudah tiga pelita menurut istilah Orde Baru, sang istri tak menghasilkan juga keturunan. Padahal meski dirinya hanya pekerja pemulung, juga ingin melanjutkan sejarah kepemulungannya kepada anak cucu.
Gara-gara tiap malam “kringetan doang”, Sumarto menjadi jenuh pada istri sendiri. Sebaliknya pada Sarweni yang kini berusia ABG, hasratnya menyala-nyala. Ibarat melihat kembang harum mewangi di taman, dia ingin sekali menyengatnya barang sekali. Bahkan kepada istrinya, tanpa malu-malu dia pernah menunjukkan keinginannya. Karena kesal Ny. Watini pun hanya bilang, “Ya kana nek mentala (silakan bila tega).”
Teguh Mujiono ketika di suatu malam melihat tidur si anak tiri dalam posisi menantang, langsung main tubruk saja. Awalnya Sarweni menolak, tapi karena Teguh Mujiono mengancam mau bunuh diri, akhirnya gadis ABG itu bertekuk lutut dan berbuka paha juga untuk ayah tirinya.
Dasar pemulung, sekali berhasil memulung anak tiri, jadi ketagihan. Lain kali minta lagi. Pernah memakai kondom, tapi karena katanya tidak nyaman, akhirnya terjun bebas tanpa parasit. Akibatnya lumayan signifikan juga, karena sekian bulan kemudian dinyatakan Sarweni hamil 6 bulan.
Warga dan ibunya, tentu saja marah-marah. Warga marah karena Teguh Mujiono telah mencemari kampung. Ny. Watini ngamuk karena suami “dilulu” tidak ngerti juga. Tak ada jalan keluar yang bisa ditempuh, kecuali melaporkan kasus ini kepada Polsek Sukun. Dalam pemeriksaan petugas Teguh Mujiono mengakui, terpaksa menyengat anak tirinya karena ingin segera punya anak sendiri. “Ibunya mandul, ternyata anaknya manjur.” Katanya.
Teguh Mujiono memang “tawon kendi”, ngentupnya pendak bengi.
Komentar
Posting Komentar